Membuat ukiran-ukiran nan menawan dan memesona dalam hidup, hingga
hidup terasa hidup tak semudah yang terpikirkan dalam khayalanku.
Terkadang aku harus menantang diriku sendiri tuk mampu bertahan hidup.
Hingga perasaanku pun berubah-ubah tentang hidup, dimulai dari sebuah
rasa benci, senang, sedih, hingga sering merasa kebingungan menghadapi
semua itu, bahkan tak sekali pula diri ini harus menanggalkan perasaan
demi hidup.
Pilihan pertama tuk mengadu tentu jatuh pada Tuhanku,
Allah SWT sebagai pelindungku. Namun, tak dipungkiri terkadang aku masih
merasa butuh sosok inspirasi tuk kujadikan contoh, dalam peranku
sebagai perempuan. Pilihan itu pun jatuh pada tiga tokoh perempuan,
yaitu Aisyah RA, RA. Kartini dan Dae Jang Geum. Dan saat ini aku ingin
berbagi sedikit kisah tentang mereka, dalam lebur ceritaku...
Aisyah radhiyallahu anha
Aisyah
binti Abu Bakar, putri seorang khalifah pertama dan merupakan istri
ketiga Nabi Muhammad SAW. Jika Khadijah memesona karena kematangan
jiwa-nya, maka Aisyah memberikan gabungan pesona kecantikan, kecerdasan
dan kematangan dini kepada setiap insan yang melihatnya. Didalam hadits
yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik dikatakan, “Cinta pertama yang
terjadi di dalam Islam adalah cintanya Rasulullah kepada Aisyah .”
Pesona
sejati itu lahir dari sebuah kepribadian yang matang, kuat tapi
meneduhkan. Di sinilah seseorang dapat mengatakan, “rumahku surgaku”.
Ketika sedang berada di dalamnya, ia menjadi sumber energi untuk
berkarya di luar. Ketika berada di luarnya, selalu ada kerinduan untuk
kembali.
Aisyah adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah,
sehingga ia banyak menyaksikan turunnya wahyu kepada beliau,
sebagairnana perkataannya ini: “Aku pernah melihat wahyu turun kepada
Rasulullah pada suatu hari yang sangat dingin sehingga beliau tidak
sadarkan diri, sementara keringat bercucuran dari dahi beliau” (HR.
Bukhari)
Ia bak penunjuk arah di langit sejarah, karena banyaknya
jumlah hadits yang beliau hafal dari Rasulullah dan kepahamannya tentang
fiqih. Hingga menjadi rujukan utama bagi sahabat Rasul yang lain,
setelah Rasulullah wafat. Bahkan Aisyah pernah memimpin 30 ribu pasukan
dari Makkah dalam perang Unta (Ashhab alJamal)...Subhanallah...
Raden Adjeng Kartini
Putri
pertama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara dan M.A.
Ngasirah ini, memiliki pemikiran-pemikiran yang menakjubkan. Melalui
surat-suratnya, ia ungkapkan keluhan dan gugatan, khususnya menyangkut
budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia
ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini
menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelf-ontwikkeling dan
Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan juga
Solidariteit. Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en
Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah
dengan Humanitarianisme (peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (cinta tanah
air).
Pada
perkenalan dengan Estelle "Stella" Zeehandelaar, Kartini mengungkap
keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan
penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa
bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan
laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu. Kemudian
persoalan agama tak luput dari kritikannya. Ia mempertanyakan mengapa
kitab suci harus dilafalkan dan dihafalkan tanpa diwajibkan untuk
dipahami. Ia mengungkapkan tentang pandangan bahwa dunia akan lebih
damai, jika tidak ada agama yang sering menjadi alasan manusia untuk
berselisih, terpisah, dan saling menyakiti. "...Agama harus menjaga kita
daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang
atas nama agama itu..." Kartini mempertanyakan tentang agama yang
dijadikan pembenaran bagi kaum laki-laki untuk berpoligami. Bagi
Kartini, lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa yang dunianya hanya
sebatas tembok rumah.
Dan masih banyak lagi pemikiran RA. Kartini
guna kemajuan perempuan Indonesia kala itu, bersyukur karena Indonesia
memiliki seseorang sepertinya, termasuk aku. Mungkin bagi yang lain dia
adalah seseorang, tapi bagiku perempuan Indonesia, dia adalah dunia.
Sumber: www.wikipedia.com
Dae Jang Geum
Mungkin
sosok yang satu ini kurang dikenal di Indonesia, karena ia berasal dari
Korea. Tokoh nyata dalam catatan sejarah Dinasti Joseon dan dokumen
medis dari masa itu, ia menjadi dokter kerajaan perempuan pertama di
Korea. Berawal dari sebuah perjuangannya untuk menjadi Dayang Istana
atas keinginan ibunya, agar Jang-geum menjadi Juru Masak Kepala di dapur
kerajaan dan mencatat kasus Ibunya, dalam catatan sejarah rahasia kaum
perempuan di dapur (dengan maksud mengembalikan kehormatan ibunya
sebagai dayang istana sebelum diusir dan kemudian menikah).
Perjalanan
hidupnya sebagai seorang Dayang Istana hingga menjadi Dokter Kerajaan,
yang membuat ku kagum. Karena kepandaiannya ia dijauhi banyak orang yang
iri padanya, bahkan tak segan-segan percobaan pembunuhan juga
menghampiri dirinya. Tapi semangat dan kegigihannya begitu kuat dan
nampak, terlihat dari lika-liku hidupnya. Beberapa kali di fitnah,
dicoba tuk dibunuh, terkena hukuman cambuk bahkan diasingkan dipulau
terpencil.
Hukuman pengasingan di pulau terpencil dijadikan batu
sandungan tuk kembali maju. Ia belajar pengobatan bahkan menemukan
ramuan-ramuan baru untuk ilmu kedokteran. Hal itu pula yang
mengantarkannya kembali ke istana namun sebagai seorang Perawat Istana.
Gabungan dari kepandaian, semangat dan kegigihan seorang perempuan, ia
mampu menggapai bintang yang banyak diinginkan orang. Sebuah sejarah
baru ia ukir, yaitu menjadi Dokter Perempuan pertama dalam Kerajaan pada
masanya.
Mungkin dari ketiga tokoh diatas yang mampu terlukis
dalam pikiranku adalah sosok Dae Jang Geum ini. Karena kisahnya yang
diadopsi dalam sebuah film berjudul ‘Jewel in The Palace’. Semangat dan
kegigihannya dibuat secara nyata hingga mampu tergambar jelas dalam
pikiranku. Tak pelak aku sering menempatkan diriku pada dirinya, dalam
hati aku bertanya ‘apa yang akan ia (Jang Geum) lakukan jika ia berada
dalam keadaan ku saat ini?’.
Begitulah kisah mereka,
perempuan-perempuan hebat yang mampu mengukir hidup mereka secara
sempurna penuh gejolak jiwa...Menjadikan lembah-lembah curam tertunduk
malu menyaksikan kisah hidup mereka. (◦'ں'◦) Mampukah aku mengukir
hidupku dengan indah namun menggugah gairah jiwa???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar