Senin, 11 Maret 2013

Perayaan Nyepi, Dengan Rangkaian Upacara Meriah

Indonesia patut berbangga karena beragamnya khazanah budaya, perayaan Nyepi salah satunya. Memiliki makna yang begitu dalam atas permohonan kepada Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan melakukan penyucian Buana Alit (manusia) dan Buana Agung (alam dan seluruh isinya).

Perayaan ini berlangsung setiap tahun dan pada Tahun Baru Saka 1935 ini jatuh pada hari Selasa 12 Maret 2013. Pada perayaan ini, umat Hindu melakukan amati geni yaitu mengadakan semedi pembersihan diri lahir batin. Pembersihan atas segala dosa yang sudah diperbuat selama hidup di dunia. Memohon pada yang Maha Kuasa agar diberikan kekuatan untuk bisa menjalani kehidupan yang lebih baik dimasa mendatang.

Hari Raya Nyepi  jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang diyakini sebagai waktu baik untuk mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa. Dipercaya pulsa sebagai hari penyucian para dewa yang berada dipusat samudra yang akan datang kedunia, dengan membawa air kehidupan (amarta ) untuk kesejahteraan manusia dan umat hindu didunia.

Nyepi sendiri berasal dari kata sepi, sunyi, atau senyap yang merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan kalender Saka, dimulai sejak tahun 78 Masehi. Pada Hari Raya Nyepi ini, seluruh umat Hindu di Bali melakukan perenungan diri untuk kembali menjadi manusia yang bersih , suci lahir batin. Oleh karena itu semua aktifitas di Bali ditiadakan, fasilitas umum hanya rumah sakit saja yang dibuka.
Dalam perayaan Nyepi ini digelar beberapa upacara yang diadakan sebelum dan sesudahnya.
Upacara Melasti
Upacara ini berlangsung dua tiga hari sebelum Nyepi. Bermakna sebagai suatu proses pembersihan diri manusia, alam dan benda-benda yang dianggap sakral (pralingga atau pratima Ida Bhatara) untuk dapat suci kembali dengan melakukan sembahyang dan permohon kepada Hyang Widhi. Seluruh perlengkapan persembahyang di arak ke tempat yang mengalirkan dan mengandung air seperti laut, danau  dan sungai. Dan harus dikembalikan ke bale agung sebelum matahari terbenam. Melalui perantara air dengan cara dihayutkan bermaksud agar segala kotoran hilang dan suci kembali.
Upacara ini juga bertujuan memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar umat Hindu diberi kekuatan dalam melaksanakan rangkaian Hari Raya Nyepi. Pelaksaaan upacara Melasti dilengkapi dengan berbagai sesajen sebagai simbolis Trimurti (red- tiga dewa) dalam Agama Hindu, yaituWisnu, Siwa, dan Brahma. Serta Jumpana singgasana Dewa Brahma. Dalam Lontar Sunarigama dan Sang Hyang Aji Swamandala ada empat hal yang dipesankan dalam upacara Melasti:
  1. Mengingatkan agar terus meningkatkan baktinya kepada Tuhan (ngiring parwatek dewata).
  2. Peningkatan bakti itu untuk membangun kepedulian agar dengan aktif melakukan pengentasan penderitaan hidup bersama dalam masyarakat (anganyutaken laraning jagat).
  3. Membangun sikap hidup yang peduli dengan penderitaan hidup bersama itu harus melakukan upaya untuk menguatkan diri dengan membersihkan kekotoran rohani diri sendiri (anganyut aken papa klesa).
  4. Bersama-sama menjaga kelestarian alam ini (anganyut aken letuhan bhuwana).

Upacara Bhuta Yadnya
Sebelum Hari Raya Nyepi, diadakan upacara Bhuta Yadnya yaitu upacara yang mempunyai makna pengusiran terhadap roh-roh jahat dengan membuat  hiasan atau patung yang berbentuk atau menggambarkan buta kala (red-Raksasa Jahat) dalam Bahasa Bali akrab disebut ogoh-ogoh.
Upacara ini dilakukan di setiap rumah, pekarangan, perempatan jalan, alun-alun maupun lapangan. Untuk kemudian ogoh-ogoh yang menggambarakan buta kala ini diusung dan di arak beramai-ramai oleh masyarakat dengan membawa obor diiringi. Pada malam ini disebut pula sebagai Pengerupukan yang dilakukan dengan cara menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga menimbulkan suara ramai atau gaduh.
Dilakukan sejak petang hingga tengah malam,  setelah itu ogoh-ogoh tersebut pun dibakar. Semua ini bermakna bahwa seluruh roh-roh jahat yang ada sudah diusir dan dimusnahkan
Upacara Bhuta Yadnya ini dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
  1. Tingkatan kecil seperti segehan dengan sesajen lauk pauk yang sangat sederhana. Jenis-jenis segehan ini beragam sesuai dengan bentuk dan warna nasi yang digunakannya. Adapun jenisnya seperti Segehan Kepel, Cacahan, Agung, Gelar Sanga, Banten Byakala dan Banten Prayascita.
  2. Tingkatan sedang yang disebut caru. Dalam sesajen ini menggunakan daging sebagai lauk pauknya. Daging yang digunakan pun tergantung tingkat dan jenis caru yang dilaksanakan. Adapun jenis-jenis caru adalah ayam berumbun (satu ekor ayam), panca sata (lima ekor ayam sesuai arah mata angin), panca kelud (lima ekor ayam ditambah seekor itik), dan Caru Rsi Gana.
  3. Tingkatan utama yang disebut dengan Tawur, misalnya saja Tawur Kesanga dan Nyepi yang jatuhnya setahun sekali. Panca Wali Krama, upacara Bhuta Yadnya yang jatuh setiap sepuluh tahun sekali. Dan Eka Dasa Rudra yang jatuhn setiap seratus tahun sekali.
Nyepi
Saat hari raya Nyepi, seluruh umat Hindu yang ada di Bali wajibkan melakukan catur brata penyepian. Ada empat catur brata yang menjadi larangan dan harus di jalankan :
  1. Amati Geni: Tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu.
  2. Amati Karya: Tidak melakukan kegiatan kerja jasmani, melainkan meningkatkan kegiatan  menyucikan rohani.
  3. Amati Lelungan: Tidak berpergian melainkan mawas diri,sejenak merenung diri tentang  segala sesuatu yang kita lakukan saat kemarin , hari ini dan akan datang.
  4. Amati Lelanguan: Tidak mengobarkan kesenangan melainkan melakukan pemusat.  Pikiran terhadap Sang Hyang Widhi Brata ini mulai dilakukan pada saat matahari “Prabata” saat fajar menyingsing sampai fajar menyingsing kembali keesokan harinya, selama (24) jam.
Upacara Ngembak Geni
Upacara ini berlangsung setelah Nyepi berakhir (brata Nyepi). Dimana pada keesokan harinya umat Hindu melakukan Dharma Shanty, yaitu saling berkunjung dan maaf-memaafkan sehingga umat Hindu khususnya bisa memulai tahun baru Caka dengan hal baru yang positif. Sehingga kerukunan dan perdamaian pun dapat terbina di masyarakat.

Menurut  tradisi, saat Nyepi semua orang tinggal dirumah untuk melakukan puasa, meditasi, dan bersembahyang. Di hari ini pula umat Hindu khususnya mengevaluasi dirinya, seberapa jauhkah tingkat pendekatan rohani yang telah dicapai, dan sudahkah lebih mengerti pada hakikat tujuan kehidupan di dunia ini.

Seluruh kegiatan upacara upacara tersebut di atas masih terus dilaksanakan, diadakan dan dilestarikan secara turun menurun di seluruh kabupaten kota Bali hingga saat ini dan menjadi salah satu daya tarik adat budaya yang tidak ternilai harganya baik di mata wisatawan domestik maupun mancanegara.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa makna Nyepi itu sendiri mengajarkan manusia untuk mawas diri, merenung sejenak dengan apa  yang telah diperbuat. Dimasa lalu, saat ini dan merencanakan yang lebih baik dimasa yang akan datang tanpa lupa selalu bersyukur dengan apa yang telah dimiliki.
Bagi anda yang sibuk dengan pekerjaan dan rutinitas yang begitu padat ada baiknya anda meluangkan waktu sejenak keluar dari hiruk-pikuk tersebut. Atau datang ke Bali untuk sekadar introspeksi diri bahwa dalam kehidupan ini mempunyai terkaitan antara satu dan lainnya.

Sumber: Wisatadewata