Senin, 11 Maret 2013

Perayaan Nyepi, Dengan Rangkaian Upacara Meriah

Indonesia patut berbangga karena beragamnya khazanah budaya, perayaan Nyepi salah satunya. Memiliki makna yang begitu dalam atas permohonan kepada Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan melakukan penyucian Buana Alit (manusia) dan Buana Agung (alam dan seluruh isinya).

Perayaan ini berlangsung setiap tahun dan pada Tahun Baru Saka 1935 ini jatuh pada hari Selasa 12 Maret 2013. Pada perayaan ini, umat Hindu melakukan amati geni yaitu mengadakan semedi pembersihan diri lahir batin. Pembersihan atas segala dosa yang sudah diperbuat selama hidup di dunia. Memohon pada yang Maha Kuasa agar diberikan kekuatan untuk bisa menjalani kehidupan yang lebih baik dimasa mendatang.

Hari Raya Nyepi  jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang diyakini sebagai waktu baik untuk mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa. Dipercaya pulsa sebagai hari penyucian para dewa yang berada dipusat samudra yang akan datang kedunia, dengan membawa air kehidupan (amarta ) untuk kesejahteraan manusia dan umat hindu didunia.

Nyepi sendiri berasal dari kata sepi, sunyi, atau senyap yang merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan kalender Saka, dimulai sejak tahun 78 Masehi. Pada Hari Raya Nyepi ini, seluruh umat Hindu di Bali melakukan perenungan diri untuk kembali menjadi manusia yang bersih , suci lahir batin. Oleh karena itu semua aktifitas di Bali ditiadakan, fasilitas umum hanya rumah sakit saja yang dibuka.
Dalam perayaan Nyepi ini digelar beberapa upacara yang diadakan sebelum dan sesudahnya.
Upacara Melasti
Upacara ini berlangsung dua tiga hari sebelum Nyepi. Bermakna sebagai suatu proses pembersihan diri manusia, alam dan benda-benda yang dianggap sakral (pralingga atau pratima Ida Bhatara) untuk dapat suci kembali dengan melakukan sembahyang dan permohon kepada Hyang Widhi. Seluruh perlengkapan persembahyang di arak ke tempat yang mengalirkan dan mengandung air seperti laut, danau  dan sungai. Dan harus dikembalikan ke bale agung sebelum matahari terbenam. Melalui perantara air dengan cara dihayutkan bermaksud agar segala kotoran hilang dan suci kembali.
Upacara ini juga bertujuan memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar umat Hindu diberi kekuatan dalam melaksanakan rangkaian Hari Raya Nyepi. Pelaksaaan upacara Melasti dilengkapi dengan berbagai sesajen sebagai simbolis Trimurti (red- tiga dewa) dalam Agama Hindu, yaituWisnu, Siwa, dan Brahma. Serta Jumpana singgasana Dewa Brahma. Dalam Lontar Sunarigama dan Sang Hyang Aji Swamandala ada empat hal yang dipesankan dalam upacara Melasti:
  1. Mengingatkan agar terus meningkatkan baktinya kepada Tuhan (ngiring parwatek dewata).
  2. Peningkatan bakti itu untuk membangun kepedulian agar dengan aktif melakukan pengentasan penderitaan hidup bersama dalam masyarakat (anganyutaken laraning jagat).
  3. Membangun sikap hidup yang peduli dengan penderitaan hidup bersama itu harus melakukan upaya untuk menguatkan diri dengan membersihkan kekotoran rohani diri sendiri (anganyut aken papa klesa).
  4. Bersama-sama menjaga kelestarian alam ini (anganyut aken letuhan bhuwana).

Upacara Bhuta Yadnya
Sebelum Hari Raya Nyepi, diadakan upacara Bhuta Yadnya yaitu upacara yang mempunyai makna pengusiran terhadap roh-roh jahat dengan membuat  hiasan atau patung yang berbentuk atau menggambarkan buta kala (red-Raksasa Jahat) dalam Bahasa Bali akrab disebut ogoh-ogoh.
Upacara ini dilakukan di setiap rumah, pekarangan, perempatan jalan, alun-alun maupun lapangan. Untuk kemudian ogoh-ogoh yang menggambarakan buta kala ini diusung dan di arak beramai-ramai oleh masyarakat dengan membawa obor diiringi. Pada malam ini disebut pula sebagai Pengerupukan yang dilakukan dengan cara menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga menimbulkan suara ramai atau gaduh.
Dilakukan sejak petang hingga tengah malam,  setelah itu ogoh-ogoh tersebut pun dibakar. Semua ini bermakna bahwa seluruh roh-roh jahat yang ada sudah diusir dan dimusnahkan
Upacara Bhuta Yadnya ini dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
  1. Tingkatan kecil seperti segehan dengan sesajen lauk pauk yang sangat sederhana. Jenis-jenis segehan ini beragam sesuai dengan bentuk dan warna nasi yang digunakannya. Adapun jenisnya seperti Segehan Kepel, Cacahan, Agung, Gelar Sanga, Banten Byakala dan Banten Prayascita.
  2. Tingkatan sedang yang disebut caru. Dalam sesajen ini menggunakan daging sebagai lauk pauknya. Daging yang digunakan pun tergantung tingkat dan jenis caru yang dilaksanakan. Adapun jenis-jenis caru adalah ayam berumbun (satu ekor ayam), panca sata (lima ekor ayam sesuai arah mata angin), panca kelud (lima ekor ayam ditambah seekor itik), dan Caru Rsi Gana.
  3. Tingkatan utama yang disebut dengan Tawur, misalnya saja Tawur Kesanga dan Nyepi yang jatuhnya setahun sekali. Panca Wali Krama, upacara Bhuta Yadnya yang jatuh setiap sepuluh tahun sekali. Dan Eka Dasa Rudra yang jatuhn setiap seratus tahun sekali.
Nyepi
Saat hari raya Nyepi, seluruh umat Hindu yang ada di Bali wajibkan melakukan catur brata penyepian. Ada empat catur brata yang menjadi larangan dan harus di jalankan :
  1. Amati Geni: Tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu.
  2. Amati Karya: Tidak melakukan kegiatan kerja jasmani, melainkan meningkatkan kegiatan  menyucikan rohani.
  3. Amati Lelungan: Tidak berpergian melainkan mawas diri,sejenak merenung diri tentang  segala sesuatu yang kita lakukan saat kemarin , hari ini dan akan datang.
  4. Amati Lelanguan: Tidak mengobarkan kesenangan melainkan melakukan pemusat.  Pikiran terhadap Sang Hyang Widhi Brata ini mulai dilakukan pada saat matahari “Prabata” saat fajar menyingsing sampai fajar menyingsing kembali keesokan harinya, selama (24) jam.
Upacara Ngembak Geni
Upacara ini berlangsung setelah Nyepi berakhir (brata Nyepi). Dimana pada keesokan harinya umat Hindu melakukan Dharma Shanty, yaitu saling berkunjung dan maaf-memaafkan sehingga umat Hindu khususnya bisa memulai tahun baru Caka dengan hal baru yang positif. Sehingga kerukunan dan perdamaian pun dapat terbina di masyarakat.

Menurut  tradisi, saat Nyepi semua orang tinggal dirumah untuk melakukan puasa, meditasi, dan bersembahyang. Di hari ini pula umat Hindu khususnya mengevaluasi dirinya, seberapa jauhkah tingkat pendekatan rohani yang telah dicapai, dan sudahkah lebih mengerti pada hakikat tujuan kehidupan di dunia ini.

Seluruh kegiatan upacara upacara tersebut di atas masih terus dilaksanakan, diadakan dan dilestarikan secara turun menurun di seluruh kabupaten kota Bali hingga saat ini dan menjadi salah satu daya tarik adat budaya yang tidak ternilai harganya baik di mata wisatawan domestik maupun mancanegara.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa makna Nyepi itu sendiri mengajarkan manusia untuk mawas diri, merenung sejenak dengan apa  yang telah diperbuat. Dimasa lalu, saat ini dan merencanakan yang lebih baik dimasa yang akan datang tanpa lupa selalu bersyukur dengan apa yang telah dimiliki.
Bagi anda yang sibuk dengan pekerjaan dan rutinitas yang begitu padat ada baiknya anda meluangkan waktu sejenak keluar dari hiruk-pikuk tersebut. Atau datang ke Bali untuk sekadar introspeksi diri bahwa dalam kehidupan ini mempunyai terkaitan antara satu dan lainnya.

Sumber: Wisatadewata

Senin, 28 Januari 2013

Mengenal Indahnya Indonesia Dalam Kain Batik


Sejak berabad-abad silam, masyarakat pribumi telah mampu menggambarkan keindahan tanah air, dalam kain yang digunakan untuk membalut tubuh. Sebuah nilai seni tercipta dari tangan-tangan terampil atas alam yang melimpah. Dan kita mengenal sebuah busana dengan teknik rumit dan pola yang indah dengan sebutan batik. Tak heran jika batik menjadi Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009 oleh UNESCO.
Batik yang memiliki makna dalam bahasa Jawa, amba yang berarti menulis, dan titik berarti titik. Mengacu pada teknik pewarnaan kain dengan malam, dan penggunaan motif yang memiliki kekhasan.
Para perempuan Jawa masa lampau menjadikan keahlian mereka membatik sebagai mata pencaharian, dan menjadi eksklusif karena kerumitan dan keindahannya. Meski begitu, lain halnya dengan daerah pesisir, dimana laki-laki lazim membatik, dan terlihat dalam motif mega mendung yang tampak maskulin. Dan motif pun tak hanya menjadi kekhasan suatu daerah, tetapi juga status seseorang.  
Jenis Batik Berdasarkan Daerah
Setiap daerah memiliki alam dan keindahannya masing-masing, begitu pula dengan batiknya. Berikut jenis batik berdasarkan daerah asalnya:
Batik Rembang
Batik yang sangat terkenal di Rembang adalah batik Lasem, yang saat ini sudah menembus pasar mancanegara.
Batik Tegal
Batik Tegalan didominasi warna coklat dan biru, berpadu dengan beragam warna. Batik tulis Tegal atau Tegalan dapat dikenali dari corak gambar atau motif rengrengan besar atau melebar. Motif ini tak dimiliki daerah lain sehingga tampak eksklusif, dan mangadaptasi aneka flora dan fauna di sekitar kehidupan masyarakat Tegal.
Motif Grudo (Garuda) dengan warna terang yang menampilkan bentuk-bentuk sayap burung garuda. Dan motif Gribigan dengan bentuk khas anyaman bambu dalam warna agak gelap. Budaya berpakaian batik di Tegal dibawa Raja Amangkurat I (Sunan Amangkurat Mas) dari Keraton Kasunanan Surakarta. Amangkurat yang saat itu menyusuri pantai utara membawa pengikutnya, yang di antaranya adalah perajin batik.
Batik Madura
Ternyata, Pulau Madura tak hanya tersohor dengan karapan sapi dan garamnya. Wilayah yang termasuk Provinsi Jawa Timur ini juga terkenal sebagai penghasil batik. Bahkan, produk batiknya memiliki ragam warna dan motif yang tidak kalah dengan produksi daerah lain. Maklum, batik Madura menggunakan pewarna alami sehingga warnanya cukup mencolok. Selain warna yang mencolok, seperti kuning, merah atau hijau, batik Madura juga memiliki perbendaharaan motif yang beragam. Misalnya, pucuk tombak, belah ketupat, dan rajut. Bahkan, ada sejumlah motif mengangkat aneka flora dan fauna yang ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Madura.
Batik Pacitan
Batik tulis khas pacitan tergolong jenis klasik seperti Motif Sidomulyo, Sekar Jagat, Semen Romodan Kembang-Kembang.
Batik Sidoarjo
Sidoarjo juga punya Kampoeng batik dengan nama Batik Jetis, Kampoeng ini memproduksi batik tulis dengan motif khas dari Sidoarjo. Motif kain batik asal Jetis didominasi flora dan fauna khas Sidoarjo yang memiliki warna-warna cerah, merah, hijau, kuning, dan hitam. Motifnya juga motif kuno, tidak banyak perubahan dari motif yang dulu dipakai oleh para pendahulu. Ada abangan dan ijo-ijoan (gaya Madura), motif beras kutah, motif krubutan (campur-campur) lalu ada motif burung merak, dan motif-motif lainnya.
Batik Tuban
Merupakan batik yang paling khas di Jawa Timur, karena proses pembatikannya dimulai dari bahan kain yang digunakan untuk membatik dipintal langsung dari kapas. Jadi gulungan kapas dipintal menjadi benang, lalu ditenun, dan setelah jadi selembar kain lalu dibatik. Batik ini kemudian disebut Batik Gedog.
Dalam buku Batik Fabled Cloth of Java karangan Inger McCabe Elliot tertulis, sebenarnya batik Tuban mirip dengan batik Cirebon pada pertengahan abad ke-19. Kemiripan ini terjadi pada penggunaan benang pintal dan penggunaan warna merah dan biru pada proses pencelupan. Namun, ketika kota Cirebon mengalami perubahan dramatis dan diikuti dengan perubahan pada batiknya, batik Tuban tetap seperti semula.
Batik Banyuwangi
Tak banyak orang yang tahu, bahwa sejatinya Banyuwangi merupakan salah satu daerah asal batik di Nusantara. Banyak motif asli batik khas Bumi Blambangan. Namun hingga sekarang, baru 21 jenis motif batik asli Banyuwangi yang diakui secara nasional. Jenis-jenis batik Banyuwangi itu salah satunya antara lain: Gajah Oling; Kangkung Setingkes; Alas Kobong; Paras Gempal; Kopi Pecah, dan lain-lain.
Semua nama motif dari batik asli Bumi blambangan ini ternyata banyak dipengaruhi oleh kondisi alam. Misalnya, Batik Gajah Oling yang cukup dikenal itu, motifnya berupa hewan seperti belut berukuran besar. Motif Sembruk Cacing juga motifnya seperti cacing dan motif Gedegan juga seperti gedeg (anyaman bambu). Motif-motif batik yang ada ini merupakan cerminan kekayaan alam yang ada di Banyuwangi. Motif batik seperti di Banyuwangi ini tidak akan ditemui di daerah lain dan merupakan khas Banyuwangi.
Batik Mojokerto
Batik Mojokerto merupakan sebuah budaya kerajinan batik yang sejarahnya berkembang dengan masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Keunikan batik Mojokerto adalah pada nama-nama coraknya yang sangat asing dan aneh di telinga sebagian orang. Misalnya gedeg rubuh, matahari, mrico bolong, pring sedapur, grinsing, atau surya majapait. Batik Mojokerto kini memiliki 6 motif yang telah dipatenkan, yakni pring sedapur, mrico bolong, sisik gringsing, koro renteng, rawan indek dan matahari.
Desain batik itu Mojokerto mengambil corak alam sekitar kehidupan manusia.  Misalnya motif pring sedapur merupakan gambar rumpun bambu dengan daun-daun menjuntai. Ada burung merak bertengger. Warna dasarnya putih dengan batang bambu warna biru. Sedangkan daunnya warna biru dan hitam. Demikian pula motif gedeg rubuh, coraknya mirip seperti anyaman bambu yang miring. Kalau mrico bolong, motifnya berupa bulatan merica berlubang.
Batik Ponorogo
Batik Ponorogo terkenal dengan motif meraknya yang diilhami dari kesenian reog yang menjadi ikon di daerah ini. Hingga kini paling tidak sudah 25 corak batik Ponorogo diciptakan. Motif batik lainnya antara lain merak tarung, merak romantis, sekar jagad, dan batik reog.
Batik Tulungagung
Pesona batik Tulungagung terletak pada tingkat keberanian memadukan warna untuk menghasilkan batik dengan warna berbeda. Dari yang kebanyakan berwarna coklat maupun hitam, kini lebih berani dengan memainkan warna yang lebih cerah. Beberapa motif yang paling banyak dibuat di Tulungagung antara lain “buket ceprik gringsing”,”buket ceprik pacit ungker”, serta “lereng buket”. Ketiga motif tersebut merupakan satu di antara 86 motif yang dimiliki para perajin di Tulungagung.
Batik Tulungagung, Jawa Timur yang juga dikenal dengan Barong Gung, kini mulai dilirik pengusaha timur tengah. Adalah pengusaha asal Arab Saudi Talal Omar Al Yafee yang berniat memasarkan Barong Gung ke tanah kelahirannya.
Kalimantan
Selama ini yang terkenal hanyalah motif Batik dari pulau Jawa. padahal Kalimantan juga memiliki motif yang tak kalah menarik dan khas. Bila kain Batik Kalimatan Selatan terkenal dengan nama kain Sasirangan, kain batik Kalimantan Tengah terkenal dengan nama Batik Benang Bintik-nya. Motifnya pun variatif dengan warna-warna yang memanjakan selera. Motif yang umum adalah Batang Garing (simbol batang kehidupan bagi masyarakat Dayak), Mandau (senjata khas suku Dayak), Burung Enggang/Tingang (Elang Kalimantan), dan Balanga. Warnanya lebih berani seperti shocking pink, hijau stabilo, merah terang, oranye, dan masih banyak lagi.
Sulawesi
Sulawesi juga memiliki motif batik yang beraneka ragam. Batik Sulawesi Selatan seperti Toraja, Bugis dan Makassar, umumnya menggunakan teknik pembuatan yang sama dengan batik Jawa, namun tetap memiliki kekhasan sendiri. Sedangkan di Sulawesi Tengah rata rata mendatangkan bahan baku tekstil batik dari Jawa, namun  pembuatan motifnya dilakukan oleh masyarakat perajin batik di Sulawesi Tengah tepatnya di kota Palu dan motifnya sesuai dengan ciri khas motif lokal Palu. Motif yang digunakan batik-batik di Sulawesi Tengah kebanyakan menggambarkan motif burung maleo, motif bunga merayap, motif resplang, motif ventilasi dan motif ukiran rumah adat Kaili ataupun motif bunga dan buah cengkeh.
Papua
Papua juga memiliki batik dengan motif-motifnya yang khas dan banyak diminati lokal maupun mancanegara. Dibandingkan dengan corak batik dari daerah lainnya di Jawa, batik Papua memiliki perbedaan corak yang cukup mencolok. Batik dari daerah ini cenderung lebih gelap namun banyak memiliki motif yang terdiri dari gambaran patung.
Batik di Papua selama ini yang paling terkenal adalah batik motif Asmat. Warnanya lebih coklat dengan kolaborasi warna tanah dan terakota. Soal pemilihan motif batik Papua banyak menggunakan simbol-simbol keramat dan ukiran khas Papua. Cecak atau buaya adalah salah satunya,selain tentu lingkaran-lingkaran besar.Bahannya macam-macam disesuaikan dengan permintaan pasar.
Bali
Di Bali, industri kerajinan batik dimulai sekitar dekade 1970-an. Industri tersebut dipelopori antara lain oleh Pande Ketut Krisna dari Banjar Tegeha, Desa Batubulan, Sukawati – Gianyar, dengan teknik tenun-cap menggunakan alat tenun manual yang dikenal dengan sebutan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Kerapnya orang Bali mengenakan batik untuk berupacara –sebagai bahan kain maupun udeng (ikat kepala), mendorong industri batik di pulau ini terus berkembang dang maju. Kini di Bali telah tumbuh puluhan industri Batik yang menampilkan corak-corak khas Bali, juga corak-corak perpaduan Bali dengan luar Bali seperti Bali-Papua, Bali-Pekalongan, dan lain-lain.
Nusa Tenggara
Daerah Nusa Tenggara juga memiliki batik dengan motif khasnya sendiri. Contohnya adalah batik Sasambo (Sasak Samawa Mbojo) yang dijadikan sebagai pakaian batik resmi lokal NTB. Di NTT, juga terdapat batik. Bahkan setiap pulaunya bisa menghasilkan batik dengan keunikan masing-masing. Pulau Sumba misalnya batik tenunnya khas dengan motif hewan. Pulau Rote khas dengan motif daunnya.
Jenis Batik Berdasarkan Motif atau Corak
Batik keraton
Pada dasarnya seluruh batik yang ada di Indonesia ini adalah mengandung nilai filosofi tersendiri. Begitu juga dengan motif batik keraton. Sejarah dari motif ini dulunya memang dikembangkan oleh orang-orang yang hidup di lingkungan keraton. Beberapa jenis motif yang disebut dengan motif batik keraton adalah motif parang baring, parang rusak, dan juga batik udan liris dan beberapa jenis motif lainnya. Dulunya jenis motif ini tidak diperbolehkan digunakan oleh selain orang keraton.
Batik pringgodani
Motif batik yang satu ini biasanya menonjolkan warna-warna gelap seperti biru indigo, soga coklat, dan diselingi dengan naga pada saluran-salura kecilnya. Dengan perpaduan warna-warna gelap, motif batik ini bisa membuat penampilan pemakainya akan tampil lebih elegan dan tegas.
Batik cuwiri
Motif batik ini lebih mengunggulkan tema tentang unsure meru dan gurda. Motif ini menggunakan pewarnaan alami seperti zat pewarna soga alam. Motif ini mengandung makna suatu harapan kehormatan bagi orang yang mengenakannya. Beberapa acara upacara adat jawa seringkali mengenakan motif batik ini seperti acara mitoni. Motif ini memang menunjukkan kesederhanaan tapi juga tetap memiliki harapan untuk bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Batik sekar jagad
Motif batik ini merupakan salah satu motif batik khas Indonesia. Pola motif ini hampir mirip dengan gambar pada beta dan memiliki warna yang bervariasi pada setiap bagiannya. Di sinilah salah satu bentuk keindahan batik yang satu ini karena mampu memancarkan keindahan dan daya tarik yang tinggi. Bahkan, bagi wanita yang mengenakan motif batik ini akan memiliki daya pesona dan mampu memancing perhatian orang lain yang ada di sekitarnya. Keindahan batik ini dipancarkan oleh beragam warna yang ada di dalamnya. Keragaman warna tersebut juga merupakan bentuk lambing keragaman yang ada di Indonesia.
Motif batik kawung
Salah satu motif batik yang memiliki motif yang rapi secara geometris. Gambar motifnya kadang juga diinterpretasikan sebagai bunga lotus. Nama dari masing-masing motif biasanya ditententukan dengan besar kecilnya bentuk bulat lonjong yang terdapat dalam suatu motif tententu pada jenis batik ini. Jenis bunga yang menjadi tema dalam motif ini dianggap memiliki makna lambang kesucian dan umur yang panjang.
Motif lain yang termasuk dari kategori batik kawung ini adalah batik kawung picis. Motif dari jenis ini biasanya terdiri dari bentuk bulatan yang kecil. Picis itu sendiri diambil dari jenis mata uang jaman dahulu yang bentuknya sangat kecil. Sedangkan Kawung bribil memiliki motif yang lebih besar dari pada motif yang terdapat dalam motif picis. Nama Bribil juga diambil dari nama mata udang kuno yang bentuknya juga lebih besar. Keragaman motif batik kawung ini menambah kekayaan motif batik Indonesia.
Batik sido asih
Sesuai dengan namanya, motif batik sido atau sida ini mengandung harapan yang artinya jadi/ terlaksana. Batik ini merupakan jenis batik yang paling sering dibuat oleh para seniman batik. Makna dari kata sido asih itu sendiri sebenarnya adalah agar manusia itu mempunyai rasa saling menyayangi dan menghargai.
Batik sida mukti
Jenis batik dengan nama “sida” yang lain adalah sido mukti. Motifnya biasanya mengandung gambar garuda yang tentunya sangat cocok jika menjadi salah satu motif batik Indonesia. Motif jenis ini juga mengandung harapan agar semua keinginan segera tercapai.
Batik petani
Indonesia memang memiliki banyak masyarakat dengan berpencaharian sebagai petani. Batik jenis ini dulu memang dikembangkan oleh para petani yang mengisi waktu luang mereka dengan membatik. Batik jenis ini biasanya kasar, sehingga mungkin akan mengurangi jumlah peminat. Hal ini disebabkan oleh proses pembuatan batik yang menggunakan peralatan seadanya saja.
Batik sudagaran
Dulu, keluarga keraton tidak mengijinkan para saudagar untuk membuat motif baru yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Hingga akhirnya mereka mengubah motif larangan tersebut dengan motif lain sehingga bisa digunakan oleh masyarakat umum. Salah satu motif batik Indonesia ini memiliki design motif yang lebih berani. Beberpa motif yang dipilih diambil dari tema benda-benda alam atau satwa.

Sumber: www.wikipedia.com, www.indonesiaberprestasi.web.id